Kamis, 31 Maret 2011

Outbound Yang Baik Harus Menghasilkan Peak Adventure


 
Program pengembangan dan pelatihan yang dilakukan di luar ruangan, atau biasa disebut outbound hanya akan efektif bila dilaksanakan dengan baik, yakni mampu memberikan peak adventure bagi para partisipannya.
Outdoor training bisa menjadi alat yang untuk mengembangkan kompetensi karyawan asalkan dikerjakan dengan benar, yakni berisi rangkaian program-program yang bagus. Outbound itu bukan main-main di lapangan. Outdoor education is education, bukan sekedar untuk fun. Program outbound yang bagus harus mencakup high impact activities.
Kompetensi seseorang bisa ditingkatkan melalui pengembangan pengetahuan, skill dan sikap/karakter dari yang bersangkutan. Outdoor training bertujuan menggali dan meningkatkan skill dan karakter/sikap individu. Untuk hasil yang bagus, kegiatan outbound itu minimal tiga hari, fasilitas outbound harus memadai dan dipandu oleh instruktur yang berpengalaman. Dan, yang penting, fokus pada hasil, bukan pada aktivitasnya itu sendiri.
Keluar dari Comfort Zone
Untuk bisa menghasilkan peak adventure, kegiatan-kegiatan dalam outbound harus bisa mengeluarkan partisipan dari comfort zone mereka. Tapi, diingatkan, peak adventure tiap-tiap orang berbeda sehingga instruktur outbound tidak boleh memaksa peserta yang tidak berani melakukan kegiatan tertentu.

Instruktur bisa membantu dengan persuasi dan mendampingi
peserta outbound yang tidak berani. Outbound pada dasarnya mempertemukan antara kompetensi dan risiko. Jangan sampai risikonya terlalu tinggi sehingga malah menjadi missadventure.
Peak adventure tercapai bila risiko dan kompetensi proporsional. Mengingat makin menjamurnya penyelenggara outbound saat ini, perusahaan perlu hati-hati. Kita harus pandai memilih outbound provider yang reputasinya bagus, memiliki standar keamanan tinggi dan instruktur yang qualified. Selain itu tempat outbound yang tepat akan mendukung kesuksesan sebuah kegiatan outbound.

Minggu, 27 Maret 2011


Petenis China, Li Na, mengaku tidak bisa tidur menjelang menghadapi Caroline Wozniacki pada semifinal Australia Terbuka, Kamis (27/1/2011) pagi.
Li Na mengalahkan Wozniacki, 3-6, 7-5, 6-3, dan menjadi petenis Asia pertama yang melaju ke babak final sebuah turnamen grand slam. Ia bahkan berpeluang menjadi petenis China dan Asia pertama yang menjadi juara.
Namun, petenis berusia 28 tahun asal Wuhan ini justru mengaku tidak bisa tidur pada malam menjelang pertandingan semifinal. “Saya tidak dapat tidur lelap tadi malam,” kata Li Na. “Suami saya tidur mengorok dan saya terpaksa terbangun setiap jam,” katanya.
Suami Li Na, Jiang Shan, selama ini bertindak sebagai pelatih petenis utama China tersebut. Ia juga duduk dan memberi dukungan kepada istrinya dalam pertandingan yang berlangsung di Rod Laver Arena tersebut.
Outbound di Malang“Saya senang menjadi petenis asal China pertama yang melaju ke final,” kata Li Na. Dengan bergurau, ia menyebut uang hadiah menjadi motivasi utama dia bermain baik.
Tahun lalu Li Na melaju ke semifinal sebelum disingkirkan petenis AS, Serena Williams, yang kemudian menjadi juara.